Langsung ke konten utama

Isu Stunting di Indonesia pada Tahun 2024

Stunting merupakan masalah kesehatan utama yang masih menjadi tantangan serius di Indonesia pada tahun 2024. Stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan, berdampak signifikan terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak. Data terbaru dari beberapa jurnal dan buku terbitan tahun 2023–2024 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun pemerintah telah menetapkan target penurunan menjadi 14% pada 2024. Upaya penanggulangan stunting telah menjadi prioritas nasional, namun berbagai kendala masih dihadapi, terutama dalam aspek kesadaran masyarakat, akses terhadap gizi yang memadai, dan layanan kesehatan yang berkualitas. Menurut laporan dalam jurnal Public Health Review (2023), salah satu penyebab utama stunting di Indonesia adalah rendahnya kualitas gizi ibu selama kehamilan dan kurangnya akses pada layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil. Faktor ekonomi dan sosial, seperti kemis...

Makalah konsep sosiologi desa

I.       PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

 

Masyarakat desa adalah masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan menghormati nilai atau norma luhur yang disepakati bersama. Oleh karena itu, sulit bagi masyarakat desa untuk menerima sesuatu yang dianggap baru, apalagi jika bertentangan dengan norma atau nilai yang telah mereka anut, dan adat yang mereka yakini bersama. Masyarakat pedesaan dicirikan oleh: b) Sistem kehidupan umumnya dikelompokkan berdasarkan kekerabatan sebanyak orang. c) sebagian besar penduduk pedesaan hidup dari pertanian. Dalam konsep pembangunan yang berkembang selama ini, dikotomi antara kota dan desa tak terelakkan. Sepanjang teori dan praktik pembangunan, kegiatan pertanian dianggap setara dengan desa, dan industri setara dengan kota. Dikotomi yang cenderung hitam putih ini menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan tidak optimal, sedangkan di perkotaan fokusnya pada pembangunan dan pengembangan sektor industry yang mencerminkan distribusi sumber daya yang menguntungkan ke kota, sedangkan sektor pertanian tidak diperhitungkan. Sementara itu, Rural Development dirancang untuk mengabaikan wilayah perkotaan dan mendefinisikan wilayah pedesaan hanya berdasarkan kegiatan pertanian. Bahkan, tidak hanya unik dan berbeda dengan kota, tetapi juga karakteristik sosial ekonomi dan sumber daya alam yang mendukungnya (Suparlan, 2007: 2).

 

Di perdesaan, ada tekanan untuk memperluas populasi, sumber daya alam, kemiskinan, degradasi lingkungan dan hubungan sosial yang ada, dan perdesaan masih relatif tertinggal dibandingkan dengan perkotaan, mengakibatkan urbanisasi dan sektor informal yang tidak terkendali , kawasan perkotaan, Menghindari pembangunan pedesaan dengan fokus pada strategi, pendekatan dan indikator keberhasilan (representing tools) (Rachbini, 2006). Country Village adalah sebuah desa kecil di pedesaan, tetapi desa kecil inilah yang membuat Indonesia menjadi negara yang besar dan luas. Dan tidak dapat disangkal bahwa kita memiliki lebih banyak desa daripada kota. Berdasarkan hal tersebut, desa yang tidak dapat dikecualikan dari rencana pembangunan daerah dan nasional. Jadi, untuk menghindari kebingungan, yang terbaik adalah membahas terlebih dahulu istilah daerah pedesaan dan perkotaan. Desa adalah perwujudan atau kesatuan geografis, sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang terdapat dalam suatu tempat (wilayah) yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi wilayah lain (Bintaro, Jurnal 2008).

 

Dalam ayat  UU No. 2008 Pengertian desa menurut 12 UU No. 2004 tentang Pemerintah Daerah. Sehubungan dengan amandemen dari 32, adalah apa yang disebut sebagai kota atau nama lain. Selanjutnya, Desa adalah kesatuan dari masyarakat hukum yang batas wilayahnya berjumlah jiwa, dan berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat, yang diakui dan dihormati di daerah setempat. Sistem pemerintahan negara kesatuan republik indonesia. Pengamat memiliki pandangan berbeda tentang kota, dan pendapat berbeda, bahkan dari pengalaman penelitian yang sama. Dari beberapa representasi tersebut kita dapat melihat bahwa konsep desa sebenarnya mengandung kompleksitas yang saling berhubungan antara elemen tersebut. Bahkan, desa masih dianggap sebagai standar dan penjaga budaya asli, seperti sistem kehidupan sosial dan gotong royong. Ini memiliki karakteristik yang berbeda seperti komunitas, persaudaraan, penderitaan, pakaian, adat istiadat, adat istiadat, seni, kehidupan moral, dan moralitas. Keberagaman ini dapat menjadi motor penggerak dalam pembentukan suatu bangsa. Penguatan desa mandiri sejak tahun tidak dapat ditawar-tawar lagi dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan negara secara keseluruhan (Small.A. Mark, 2008:2).

 

Berdasarkan karakteristik wilayah pedesaan dapat dijadikan sebagai cara pandang kita terhadap wilayah pedesaan itu sendiri, dan bagaimana menangani dan merencanakan wilayah pedesaan. Ini adalah langkah pertama yang dapat menempatkan desa di lokasi yang ideal, menutup kesenjangan antara pandangan dunia tradisional masyarakat dan isu-isu seputar desa, dan mempengaruhi rencana tindakan selanjutnya yang pasti akan mempengaruhi kehidupan penduduk desa. Sebuah desa dalam potret “realitas sosiologis”, menjadi bagian penting dari rencana tersebut (Sobary.M., 2008:4 Kompas). Pandangan lain yang diungkapkan Menteri Lukman Edi pada Lokakarya Pembangunan Desa beliau mengatakan bahwa pembangunan pedesaan merupakan bagian penting dari penduduk Indonesia karena sebagian besar hidup di pedesaan, namun ironisnya hal ini berbanding lurus dengan kemiskinan. Bagi mereka yang bermata pencaharian terutama dari bertani, merasa sangat sulit untuk melepaskan diri dari jebakan kemiskinan. Mereka seolah telah menyerbu kota metropolitan yang tersebar di tanah mereka, tidak mencapai potensi lokal mereka, yang semakin bermasalah bagi kedua belah pihak, baik di perkotaan maupun di desa-desa terlantar.

 

Desa selalu identik dengan ketertinggalan dan kemiskinan, hal ini disebabkan oleh kondisi geografi dan topografi desa yang jauh dari perkotaan. Terbatasnya mata pencaharian masyarakat desa menjadikan desa semakin jauh dari kesejahteraan. Desa merupakan suatu daerah dimana biasanya konflik berkepanjangan senantiasa terjadi. Konflik yang berkepanjangan pada akhirnya mengakibatkan banyaknya sumber-sumber dasar (the resource base) dan kapabilitas masyarakat (people’s capabilities) menjadi rusak/tergedrasi. Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas maka penulis memfokuskan pembahasan mengenai “ konsep sosiologi pedesaan”.

 

1.2    Rumusan Masalah

1.2.1        Bagaimana konsep sosiologi pedesaan?

1.2.2        Bagaimana sejarah sosiologi pedesaan?

1.2.3        Bagaimana konsep dan kajian sosiologi pedesaan?

1.2.4        Apa yang dimaksud dengan pedesaan?

 

 

1.3    Tujuan Penulisan

1.3.1        Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai konsep sosiologi pedesaan

1.3.2        Agar mahasisawa mampu mengetahui dan memahami mengenai  sejarah sosiologi pedesaan

1.3.3        Agar mahasisawa mampu mengetahui dan memahami mengenai konsep dan kajian sosiologi pedesaan

1.3.4        Agar mahasisawa mampu mengetahui dan memahami mengenai pengertian dari pedesaaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.      PEMBAHASAN

 

1.1    Konsep Sosiologi Pedesaan

Pada hakikatnya terdapat tiga versi sosiologi pedesaan, yang lama (klasik) dan yang baru (modern). Yang baru merupakan tuntutan perkembangan dari sosiologi pedesaan di negara-negara kapitalis - industri modern. Karena di negara-negara itu telah terjadi perubahan dan perkembangan drastis ( khususnya yang telah terjadi di pedesaan, sehingga dirasakan semakin kurang tepatnya sosiologis pedesaan lama sebagai kerangka pemahaman terhadap masyarakat pedesaan yang telah berkembang.

Tabel 1. Beberapa Pengertian Sosiologi Pedesaan (Klasik)

No.

Tokoh

Pandangan

1.

Jhon M. Gillette

Cabang sosiologi yang secara sistematis mempelajari komunitas-komunitas pedesaan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi serta kecenderungan kecenderungannya dan merumuskan prinsip-prinsip kemajuan.

2.

N.L. Sims

Studi tentang asosiasi antara orang-orang yang hidupnya banyak tergantung pada pertanian.

3.

T.Lynn dan Paul E. Zopf

Kumpulan pengetahuan yang telah disistematisasi yang dihasilkan lewat penerapan metode ilmiah ke dalam studi tentang masyarakat pedesaan: organisasi dan strukturnya, proses-prosesnya, sistem sosial yang pokok dan perubahan-perubahannya.

4.

Sugihen T.

Melekatnya komitmen moral yang kental untuk memperbaiki (membangun) kehidupan masyarakat desa.

Sumber: Sugihen, 1996, dan Raharjo, 1999

Semua definisi tersebut di atas adalah definisi sosiologi pedesaan lama, (klasik) yakni menggambarkan keadaan Barat yang secara umum memperlihatkan perbedaan yang jelas dan bahkan dikotomi antar kawasan desa dan kota. Pada era globalisasi perbedaan antara kota dan desa semakin kabur terutama disebabkan teknologi transportasi dan komunikasi maka sosiologi pedesaan mempunyai pemahaman yang berbeda dari pemahaman yang lama. Menurut Karl Kautsky (1988) dalam karyanya ‘The Agrarian Question”, bahwa kita harus mencari perubahan-perubahan yang dialami pertanian di bawah dominasi produksi kapitalis. Menurut Rahardjo (1999), sosiologi pedesaan yang baru hendaknya merupakan studi tentang bagaimana masyarakat desa (bukan hanya desa pertanian) menyesuaikan diri terhadap masuknya kapitalisme modern di tengah kehidupan mereka.

 

Sosiologi pedesaan merupakan penggabungan atas dua istilah, yakni sosial dan pedesaan. Adapun sosial dalam hal ini adalah sosiologi secara umumnya bisa didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari arti masyarakat, sedangkan desa artinya kesatuan masyarakat yang secara hukum berdiri sendiri dalam kurun waktu tertentu dalam wilayah dan perwilayahan sama dengan konsep budaya yang umumnya bersifat tradisional.

 

1.2    Sejarah Sosiologi Pedesaan

Sosiologi pedesaan adalah salah satu cabang dari sosiologi itu sendiri. Sosiologi pedesaan sebagai salah satu cabang dari sosiologi, perkembangannya tidak terlepas dari peranan para akademisi di Amerika Serikat yang lebih dari setengah abad telah mengembangkannya sehingga merupakan bidang akademik yang terpandang dan profesional, seperti pada tulisan Smith dan Zopf (1970), Galeski (1972). Seperti diketahui bahwa sosiologi pedesaan tumbuh dan berkembang pertama kali di Amerika Serikat, bermula dari para pendeta Kristen yang hidup di daerah pedesaan (pertanian) menuliskan bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan yang hidup di bagian utara negeri itu (Zainudin, 2009).  Lewat tulisan itu, mereka berusaha mencari pemecahan masalah yang timbul di masyarakat pedesaan.  Masalah itu timbul bersamaan dengan lahirnya industri di benua ini yang menyebabkan sebagian daerah pedesaan sempat terbengkalai, bahkan beberapa daerah pedesaan di New England dan daerah timur Laut Amerika Serikat mengalami depopulasi, sehingga mengundang isu kemanusiaan yang muncul kepermukaan.  Berakhirnya masa kerja baru ke arah barat pada tahun-tahun akhir abad ke-19, dan hal itu memberikan dampak pada kehidupan pedesaan.  Salah satu dampak isu tersebut di atas adalah lahirnya mata kuliah mengenai masalah-masalah sosial pedesaan. Pada tahun 1920-an, mata kuliah tentang persoalan kehidupan pedesaan mulai dikaji di berbagai universitas terutama di The American Sociological Society.

1.3    Konsep dan Kajian Sosiologi Pedesaan

Sosiologi Pedesaan dipahami sebagai penerapan teori-teori (umum) sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Smith dan Zophf dalam Bahrein (1996)mengemukakan bahwa sosiologi pedesaan adalah sosiologi dari kehidupan pedesaan (sociologi of rural life). Studi ini adalah suatu pengetahuan yang sistematik sebagai hasil, penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari masyarakat pedesaan, struktur dan organisasi sosialnya, sistem dasar masyarakat, dan proses perubahan sosial yang terjadi. Pendapat Smith dan Zophf didukung oleh Wiriatmaja dimana sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mencoba mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok-kelompok di lingkungan pedesaan.

 

Sementara itu Rogers dkk dalam Bahrein (1996), melihat sosiologi pedesaan sebagai ilmu yang mempelajari prilaku spasial (fenomena) masyarakat dalam setting pedesaan yang berhubungan dengan kelompoknya. Sosiologi pedesaan lebih sering dipakai dalam pemecahan masalah masyarakat pedesaan. Oleh karena itu , studi ini lebih berorientasi pada proses perubahan sosial dan pemecahan masalah.

 

 

Tidak jauh berbeda jauh dengan Galeski (1972), sosiologi pedesaan disebutnya sebagai studi yang cenderung deskriptif, karena pedesaan merupakan daerah pertanian, terdapat pola-pola pertanian dan bertani, kehidupan keluarga di desa, tingkat kehidupan dan perkembangan penduduknya, struktur sosial yang berhubungan dengan pekerjaan, lembaga-lembaga pedesaan, adat dan kebiasaan penduduk dan sebagainya. Bahkan dewasa ini sosiologi pedesaan ada yang menganggap sama dengan sosiologi pertanian (sociology of agriculture). Namun keduanya memiliki perbedaan, yaitu sosiologi pertanian cenderung memfokuskan upaya sosiologi bagi masyarakat desa yang menggeluti pertanian saja. Sedang sosiologi pedesaan menekankan studinya pada masyarakat pedesaan tanpa mempersoalkan hubungan mereka dengan usaha tani. Karena banyaknya masyarakat desa yang tidak lagi secara lansung terlibat pada sektor primer, tetapi sudah berkembang ke sektor sekunder.

1.4    Pengertian Pedesaan

Kata “pedesaan” sepadan dengan kata rural dalam bahasa Inggris. Dalam pemakainnya sehari-hari definisi dari perkataan tersebut sulit dikemukakan secara utuh, karena konsep pedesaan berbeda dari satu kawasan ke kawasan lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Pengertian tentang desa cukup beragam, beberapa tokoh sosiologi pedesaan dan antropologi memberikan pandangan tentang desa. Menurut Koentjaraningrat (1984), bahwa desa dimaknai sebagai suatu komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat. Pemaknaan tentang desa menurut pandangan ini menekankan pada cakupan, ukuran atau luasan dari sebuah komunitas, yaitu cakupan dan ukuran atau luasan yang kecil.

 

Pengertian lain tentang desa dikemukakan oleh Hayami dan Kikuchi (1987) bahwa desa sebagai unit dasar kehidupan kelompok terkecil di Asia, dalam konteks ini “desa” dimaknai sebagai suatu “desa alamiah” atau dukuh tempat orang hidup dalam ikatan keluarga dalam suatu kelompok perumahan dengan saling ketergantungan yang besar di bidang sosial dan ekonomi. Pemaknaan terhadap desa dalam konteks ini ditekankan pada aspek ketergantungan sosial dan ekonomi di masyarakat yang direpresentasikan oleh konsep-konsep penting pada masyarakat desa, yaitu cakupan yang bersifat kecil dan ketergantungan dalam bidang sosial dan ekonomi (ikatan-ikatan komunal).

 

Dari segi geografis, Bintarto (1989) mengemukakan bahwa desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu dapat dilihat pada unsur-unsur fisiografi, sosial dan ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antara unsur tersebut dan juga dalam hubunganya dengan daerah-daerah lain. Sementara itu Sutardjo Kartohadikusumo menyatakan bahwa desa adalah satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

 

Paul H. Landis dalam Jefta (1995) mencoba memberikan batasan pengertian pedesaan sebagai berikut :

1.    Untuk maksud statistik, pedesaan adalah suatu tempat dengan jumlah penduduk kurang dari 2.500 orang

2.    Dari kajian psikologi sosial, pedesaan adalah daerah dimana pergaulan masyarakatnya ditandai oleh derajat intimitas yang tinggi.

3.    Dari kajian ekonomi, pedesaan adalah daerah dimana pusat perhatiannya pada bidang perhatian.

Di Indonesia, batasan Landis kurang tepat dipakai, sebab jumlah penduduk satu desa di Jawa misalnya melebihi 11.445 orang, tetapi keadaannya masih bersifat pedesaan. Sebaliknya, kondisi dikota-kota besarpun mencirikan sifat-sifat pedesaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III. PENUTUP

 

1.1    Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan mengenai pokok bahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Studi ini adalah suatu pengetahuan yang sistematik sebagai hasil, penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari masyarakat pedesaan, struktur dan organisasi sosialnya, sistem dasar masyarakat, dan proses perubahan sosial yang terjadi. Sosiologi pedesaan lebih sering dipakai dalam pemecahan masalah masyarakat pedesaan Sedang sosiologi pedesaan menekankan studinya pada masyarakat pedesaan tanpa mempersoalkan hubungan mereka dengan usaha tani. Pemaknaan terhadap desa dalam konteks ini ditekankan pada aspek ketergantungan sosial dan ekonomi di masyarakat yang direpresentasikan oleh konsep-konsep penting pada masyarakat desa, yaitu cakupan yang bersifat kecil dan ketergantungan dalam bidang sosial dan ekonomi (ikatan-ikatan komunal). Hasil dari perpaduan itu dapat dilihat pada unsur-unsur fisiografi, sosial dan ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antara unsur tersebut dan juga dalam hubunganya dengan daerah-daerah la

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

DosenSosiologi.com. 2021. Pengertian Sosiologi Pedesaan, Ruang Lingkup, dan Contohnya. https://dosensosiologi.com/pengertian-sosiologi-pedesaan-ruang-lingkup-dan-kegunaannya-lengkap/. Diakses pada hari Minggu 31 Oktober 2021 pada pukul 10.43 WIB.

 

Susilawati Nora. 2012. Sosiologi Pedesaan. Padang : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri padang.

 

Zid Muhammad dan Ahmad Tarmiji Alkhudri. 2016. Sosiologi Pedesaan: Teoritisasi Dan Perkembangan Kajian Pedesaan Di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

pembelajaran terpadu model fragmented

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ………..…………………………………………………………………. KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah…………………………………………………. 1.2   Rumusan Masalah………………………………………………………… 1.3   Tujuan Penulisan …………………………………………………………. BAB II PEMBAHASAN             2.1 Pengertian Fragmented…………………………………………………..             2.2 Implementasi Model Pembelajaran Fragmented……………………….             2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Fragmented………             2.4 Cara Penerapan Model Pembelajaran Fragmented…………………… BAB III PENUTUP             3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR Dengan menyebut n...

10 Konsep Geografi

   10 Konsep Geografi  1. Lokasi    - Lokasi adalah posisi suatu tempat di permukaan bumi yang dapat diidentifikasi menggunakan koordinat geografis atau ciri-ciri fisiknya.    - Contoh: Jakarta terletak di sebelah barat daya Pulau Jawa. 2. Ruang    - Ruang geografis adalah ruang yang dihuni oleh manusia dan memiliki karakteristik fisik serta sosial yang berbeda-beda.    - Contoh: Ruang geografis Indonesia mencakup beragam fitur alam seperti gunung, sungai, dan hutan, serta berbagai kegiatan manusia seperti pertanian dan industri. 3. Interaksi Manusia-Lingkungan    - Interaksi manusia-lingkungan merujuk pada hubungan kompleks antara manusia dan lingkungan tempat mereka tinggal.    - Contoh: Pertanian yang intensif dapat menyebabkan degradasi tanah dan pencemaran air. 4. Distribusi    - Distribusi merujuk pada pola sebaran fenomena fisik dan sosial di permukaan bumi.    - Contoh: Distribusi po...

Sejarah Perkembangan Sosiologi

 Sejarah Perkembangan Sosiologi Sebelum kemunculannya, Sosiologi masih berupa ilmu yang menjadi pemikiran para ilmuwan. Mereka memikirkan cara-cara yang bisa dilakukan agar ilmu pengetahuan mampu mengakomodasi masyarakat dan juga menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi. Latar belakang yang akhirnya menjadi tujuan utama Sosiologi bisa dibentuk adalah agar bisa mengetahui pola perilaku masyarakat sehingga mampu mewujudkan interaksi masyarakat. Hal tersebut juga selaras dengan pengertian Sosiologi yang mengatakan jika ilmunya mengatur tentang kehidupan masyarakat. Istilah Sosiologi ini pertama kali diperkenalkan oleh August Comte yang kemudian dikenal sebagai bapak Sosiologi dunia. August Comte mengatakan jika Sosiologi merupakan ilmu yang menggunakan masyarakat sebagai objeknya. Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842 melalui karya Auguste Comte yang berjudul Cours de Philosophie Positive. Sebenarnya, sebelum August Comte menggagas tentang Sosiologi, Ibnu Khaldun yang mer...